Mesumnya Sudah Kapan-Kapan

Diposting oleh Cerita Dewasa on Jumat, 27 April 2012


dia-20

AKSI  mesumnya sudah terjadi kapan-kapan, tapi Martadi, 50, baru tahun 2012 mengadu ke polisi. Polisi Gunungkidul (DIY) pun kini bingung menentukan, bisa lanjut atau tidak perkara ini. Soalnya, terlapor Ny. Mariyem – Wagino mengakui terjadi tahun 2004, sedangkan pelapor bersikeras tahun 2006.

Sayur lodeh, makin lama makin nikmat. Tapi sebuah kasus, makin lama bisa dianggap kadaluwarsa, sehingga tak bisa dibawa ke persidangan. Maklumlah, sebuah kasus yang terjadi bertahun-tahun lalu, sangatlah sulit untuk mengumpulkan saksi dan dan barang buktinya. Apa lagi kasus perselingkuhan tahun 2004 baru digugat tahun 2012, bagaimana polisi tidak bingung. Jika jadi bocah, sudah kelas II SD, ngkali.

Sebahai Kepala Dukuh, agaknya Wagino, 53, termasuk “administrator” yang baik. Dia bukan saja tertib dalam mengelola kampungnya, tapi juga rapi saat mengemas menejemen selingkuhnya. Bagaimana tidak? Tahun 2004 lalu dia punya skandal dengan Mariyem istri salah seorang warganya, tapi selama ini aman-aman saja. Maksudnya, skandal di kamar orang itu tidak pernah terendus.
Mariyem sebagai wanita yang diselingkuhi Pak Dukuh, juga rapi menyimpan rahasia. Padahal secara umum, wanita itu suka bermulut ember. Apa saja yang terjadi, bisa cepat tersebar luas gara-gara mulut wanita. Biasanya pula, malah ditambah-tambahi sehingga menjadi lebih seru dan dramatis. “Ajaa kowe ra tak kandhani (kalau bukan kamu takkan kuberi tahu),” begitu kalimat pembuka sebelum berwarta berita.

Tapi serapi-rapinya membungkus bangkai, pasti bakal terungkap juga. Entah info dari mana, atau mungkin dari lembaga Wikileaks di AS sana, mendadak ada yang memberi informasi pada Murtadi suami Mariyem, bahwa sekian tahun lalu sebetulnya Mariyem pernah “dimakan” Pak Dukuh. Bahkan kata sang informan, jika tak percaya boleh cek langsung pada pihak terkait, baik itu kepada Pak Dukuh sendiri, atau Mariyem.

Tentu saja Murtadi terkaget-kaget, masak sekian tahun lalu bininya bermain serong, kok dirinya tidak tahu. Dan selama ini memang tak ada hil-hil mustahal dalam rumahtangganya, termasuk dalam urusan ranjang. Bagaimana mereka bisa memendam rahasia itu. “Apa kabel spedometernuya dicabut, ya?” kata batin Murtadi. Memangnya motor?

Kecewa betul Murtadi. Kalau begitu, selama ini dia hanya menikmati barang restan, undur-unduran (bekas) dari Pak Dukuh. Untuk klarifikasi langsung pada Wagino, tak berani dia. Masalahnya, di samping silau akan posisinya sebagai tokoh penting di kampung, orangnya juga berkumis tebal macam Pak Raden. Bedanya adalah, Pak Raden ngoprak-oprak (mengusir) anak-anak pencuri jambu, justru di sini Pak Raden Wagino malah mencuri “jambu dersana” milik Mariyem istrinya.
Paling gampang hanyalah mengklarifikasi istrinya. Meski terkaget-kaget, Mariyem mengakui bahwa memang pernah membangun koalisi semi permanen dengan Pak Dukuh. Tapi koalisi itu memang tidak lama. Setelah berhasil “eksekusi” tentu saja, bubarlah segera tanpa perlu menunggu sampai 2009, apa lagi 2014.

Marah sekali Murtadi, karena ternyata istrinya telah ternoda. Dia segera melapor ke Polsek Tepus. Tak lama kemudian polisi segera mengusut pasangan selingkuh warga Desa Giripanggung itu. Yang bikin polisi bingung, meski Wagino – Mariyem mengakui, tapi jadwal waktunya tak klop dengan yang dilaporkan Murtadi. Kata Murtadi terjadi sekitar tahun 2006, sedangkan Wagino – Mariyem bersikeras terjadi tahun 2004. “Wong ndhisik urung ana lindhu karo tsunami Aceh ki (dulu belum terjadi gempa Aceh),” kata Mariyem mencoba cari rujukan alam.
Tapi sudah ada gempa di ranjang Pak Dukuh, kan?

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar