INILAH potret buram yang sempat saya rekam di perempatan lampu merah Jl. Merdeka Jombang. Sudah beberapa tahun yang lalu saya mendapati ibu ini ”ngetem” di perempatan ini. Seorang ibu yang mempunyai kondisi fisik tidak sama dengan kebanyakan orang (difabel), entah akibat kelumpuhan sejak kecil atau apa, terpinggirkan dengan menjadi peminta-minta. Setiap traffic light berwarna merah dan kendaraan berhenti, ibu itu dengan cara ngesot bergerak mendekati pengendara dan menyodorkan tangannya, meminta kepada pengendara untuk sedikit berderma dengan memberikan uang ala kadarnya saja.
Menyaksikan ini, saya tak bisa membayangkan jika ibu ini adalah ibu atau kerabat dekat saya. Saya juga tak kuasa curiga, apakah ibu ini dieksploitasi dan dikoordinir orang-orang tertentu atau apakah ibu ini sejatinya orang kaya yang berpura-pura miskin dan sebagainya. Ini Jombang, bukan kota metropolitan yang multikompleks, yang peminta-mintanya tak sedikit yang dikoordinir dengan sistematis, meskipun bukan berarti di Jombang tak ada yang seperti itu. Namun yang sering saya lihat, setiap pulang atau pergi ibu ini selalu naik becak.
Hampir 64 tahun proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, namun sampai saat ini masih banyak anak-anak bangsa yang terbelenggu dan mencari kemerdekaan sendiri. Masih banyak ibu-ibu yang seperti ibu di Jalan Merdeka ini. Masih banyak tunas-tunas bangsa yang mekar dan layu di jalanan. Mereka mengukur jalanan, mengorek-ngorek mencari kemerdekaan yang sesungguhnya. Entah, dimanakah kemerdekaan itu.
Saya hanya teringat pasal dalam UUD ’45 yang seharusnya dilaksanakan dengan murni dan konsekwen, bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara! Sayang negara kita terlalu banyak memelihara bahkan melahirkan pencoleng!
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar