Berawal Curhat hingga ML dengan Tia Pembantuku yang Cantik

Diposting oleh Cerita Dewasa on Selasa, 01 Mei 2012

Sebelumya memang aku bingung, aku ingin menceritakan kepada siapa. Aku takut kalau diceritakan teman-temanku malah menjadi bumerang bagiku. Terpaksa kusimpan terus pengalaman ini. Setelah aku menemukan website ini, maka aku merasa aman untuk menceritakan segala pengalaman-pengalaman nakalku selama ini. Sebelumnya aku mohon kritik dan saran dari teman-teman. Buat yang ingin berkenalan, silakan menghubungiku melalui e-mail. Kutunggu dengan senang hati.
Namaku Jemz, aku sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak perempuan yang lucu dan manis. Sejak istriku melahirkan, dia tidak tinggal lagi serumah denganku. Dia disuruh tinggal di rumah orang tuanya, dengan alasan agar bayinya lebih terawat. Karena orang tuanya menganggapku baru pertama kali mempunyai bayi sehingga kurang pengalaman. Sebenarnya bukan hanya itu, sebab anakku adalah cucu pertamanya jadi mereka sangat sayang sekali. Tadinya aku pun disuruh pindah ke rumah orang tuanya, tapi aku tidak mau karena aku paling risih kalau disuruh tinggal di rumah orang. Walaupun rumahnya besar, lebih enak tinggal di rumah sendiri. Meskipun rumahnya agak kecil (tipe 150), tapi aku betah. Mau ngapain juga terserah dan bebas.
Oleh sebab itu maka sejak istriku melahirkan sampai anakku sekarang berumur 3 tahun, istriku masih sering tinggal di rumah orang tuanya. Anakku juga sudah terbiasa tinggal di sana. Kalau diajak pulang ke rumahku suka tidak betah dan minta pulang ke rumah neneknya. Di sana rumahnya selalu ramai. Ada kakak-kakak iparku yang juga sayang padanya dan selalu dimanjakan. Kalau pulang ke rumahku tidak seramai di sana. Di sini dia hanya punya 1 orang teman, yaitu pembantuku yang suka sibuk mengurusi segala keperluannya, sedangkan aku dan istriku sibuk mengurusi pekerjaan masing-masing.

Karena istriku jarang pulang, aku lebih sering tinggal bersama pembantuku. Segala keperluanku semuanya sudah diatur oleh pembantuku. Mulai dari menyiapkan makan, menyiapkan pakaianku untuk ke kantor, dan segala-galanya disiapkan olehnya. Hanya satu yang dia tidak bisa membantu, yaitu urusan seks. Memang untuk urusan yang satu itu, jika aku lagi kepingin aku menyuruh istriku pulang. Kami pun melakukannya sampai sama-sama puas. Bagaimana kalau istriku tidak bisa pulang atau dia lagi kedatangan “tamu” bulanannya? Itulah yang menjadi kendala bagiku. Lagi-lagi aku harus bermasturbasi (beronani) sendiri sambil menonton VCD porno atau membaca buku karangan Enny Errow, sambil mengelus-elus alat vitalku yang kian mengeras. Tak terasa lama-lama aku jadi mengocoknya, sampai akhirnya.. “Cret.. cret..” air maniku keluar.
Malah pernah suatu kali aku lagi kepingin berat, ternyata istriku tidak bisa pulang, karena hari itu dia benar-benar capek sekali habis pulang kantor. Dan kalau begini urusannya pasti harus beronani ria lagi deh. Sesampainya di rumah, cepat-cepat aku memutar VCD porno yang baru kupinjam dari temanku di kantor. Sambil menonton, aku memainkan batang kemaluanku yang sudah menegang. Tapi tumben hari itu, sampai tanganku pegal, aku belum keluar-keluar juga. Aku lalu pindah ke kamar tidurku. Aku melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhku hingga aku benar-benar polos alias bugil.
Aku tidak sadar kalau pintu kamarku tidak tertutup rapat tidak tahunya pembantuku itu rupanya dari tadi mengintipku. Memang biasanya kalau aku sedang onani atau aku sedang bermain bersama istriku, pembantuku kusuruh jangan masuk ke ruang keluarga atau ke kamarku. Rupanya dia jadi curiga, sedang apa aku di sana dan rupanya dia sering mengintipku tanpa kusadari.
Oh ya, belum kukasih tahu ya, pembantuku itu orangnya memang cantik. Pendidikannya hanya SMP, bodynya langsing dan sintal, rambutnya sebahu, kulitnya putih bersih (mirip seperti artis siapa ya..). Tingginya sama seperti istriku, 172 cm, sedangkan aku sendiri, 180 cm. Umurnya baru 19 tahun, kalau dilihat sekilas sepertinya dia tidak cocok deh jadi pembantu mungkin cocoknya jadi istri keduaku kali ya? Statusnya juga tidak jelas, janda bukan perawan juga bukan. Dia pernah dikawinkan oleh orang tuanya, dengan lelaki yang sudah berumur sekitar 55 tahun. Baru kawin 5 hari dia kabur dari rumah suaminya, karena tidak tahan dengan perlakuan suaminya yang sering meminta pelayanan seks yang aneh-aneh. Dia pernah bercerita kepada istriku. Herannya justru istriku yang malah membahasnya. Entah bagaimana sih maksudnya?
“Itu loh Bu… (Ibu adalah panggilan untuk istriku) aku disuruh nungging eh tahu-tahu pantat saya ditusuk sama kontol suami saya. Wah.. sakitnya bukan kepalang Bu… Malah sehabis digituin oleh suami, saya jadi tidak bisa tahan lagi… Kalau saya sakit perut tau-tau langsung berak aja. Habis lubangnya jadi gede kali dan tidak bisa balik lagi ke semula. Padahal kan sudah ada tempatnya Bu, eh suamiku itu malah cari-cari lubang yang lain. Ini aja juga lubang memek saya jadinya gatal terus maunya dipegangin aja… Padahal ‘kan saya juga sudah kasih tau ke suami, agar dimasukinnya di lubang memek aja Mas… Jangan di pantat soalnya sakit sekali, Mas… Akhirnya saya jadi tidak bisa nahan berak… Tapi dia masih aja nusuknya di lubang pantat… Coba aja Ibu bayangin selama 5 hari lubang pantat saya ditusukin terus… Dari pada digituin setiap hari mendingan saya kabur aja ke Jakarta…”
Aku tahu itu karena aku sering “nguping” pembicaraan istriku dengan pembantuku yang cantik itu, waktu dia memijat istriku tempo hari.
Aku baru sadar kalau pembantuku itu mengintip. Ketika dia ngintip, rupanya dia sedang masturbasi juga. Baju roknya diangkat ke atas tanpa pakai CD. Jari tangan kanannya dimasukkan ke dalam liang kemaluannya. Matanya merem-melek dan tanpa disengaja rupanya dia telah mendorong pintu kamarku yang memang tidak tertutup rapat. Aku yang sedang asyik mengocok batang kemaluanku, kaget setengah mati melihatnya. Tahu-tahu dia sudah berdiri di depan kamar, asyik bermasturbasi sambil mendesah-desah keenakan. Dia juga tidak kalah kagetnya karena ketahuan mengintipku. Spontan dia langsung bilang, “Maaf ya Pak tadi saya tidak sengaja menyentuh pintu kamar Bapak, saya lagi mau nyapuin lantai.”
Memang sih di sebelah dia ada sapu lantai, aku langsung saja jawab, “Itu tangan kanan kamu kenapa pegangin memek terus, emangnya takut hilang?” rupanya dia tidak sadar bahwa baju roknya masih terangkat ke atas dan tanpa CD sehingga dengan jelas aku dapat memandangi kemaluannya yang indah disertai bulu-bulu halus yang baru mulai tumbuh. “Eh.. anu.. Pak, tidak apa-apa,” jawabnya. Buru-buru dia menutupi auratnya. Dengan gerakan reflex, akupun menarik selimut itu untuk menutupi tubuhku yang masih telanjang.
“Tia sini deh bisa tolong pijitin saya, tubuh saya pada sakit nih,” kataku sambil pura-pura mengalihkan pembicaraan.
Ragu-ragu sesaat, akhirnya ia menghampiriku dan berdiri di dekat ranjang.
“Ayo Tia pijitin dong! jangan diam saja,” dan akhirnya dia pun mau memijiti tubuhku.
Setelah beberapa lama dia pun bertanya kepadaku, “Pak, tadi Bapak lagi ngapain sih, kok sambil telanjang?”
“Ah.. tidak, saya lagi pakai obat biar tetap kuat,” jawabku seenaknya.
“Memangnya kalau tidak pakai obat, tidak kuat ya Pak?”
“Sembarangan, emangnya kamu kamu coba,” kataku lagi, “Laah kamu sendiri ngapain, lagi nyapu kok tangannya dimasuk-masukin ke memek?”
“Ah.. nggak Pak, ini memek saya dari pagi gatal terus maunya dipegang-pegang aja..”
Coba sini saya periksa, jangan-jangan kamu terkena penyakit lagi.”
“Ah jangan Pak, saya malu, biar saya garuk sendiri aja, tapi ngomong-ngomong Bapak juga lagi ngapain, kok telanjang sendirian?”
“Ah, tidak, saya juga dari pagi lagi gatal nih.”
“Ibu nggak datang ya Pak?”
“Tidak, Ibu kecapean kali. Habis di kantornya lagi banyak kerjaan.”
“Pak, kalau saya garukin mau nggak Pak?”
“Ia sini garukin saya, tapi pelan-pelan ya.”
“Tenang saja Pak kalau soal garuk-menggaruk saya sudah ahli Pak, soalnya saya pernah diajari oleh bekas suami saya.”
Tanpa buang waktu lebih lama dia langsung mengusap-usap batang kemaluanku yang dari tadi sudah berdiri tegak, dan tanpa disuruh dia juga langsung menciumi batang kemaluanku serta menjilatinya persis seperti anak kecil dibelikan es krim.
“Eh Tia, aaahhh… aaahhh… (Setiawati nama pembantuku) kamu kok pintar banget sih, belajar dari mana?”
“Maaf ya Pak, saya sering ngintip Bapak waktu lagi nonton film porno, jadi saya sudah tau caranya, cuma saya masih ragu apakah Bapak mau berbuat begitu sama saya, soalnya saya kan cuma pembantu.”
“Pembantu kan cuma jabatannya tapi kalau memeknya kan sama aja.”
“Iya Pak tapi saya pernah dipesan oleh Ibu. Kamu jangan coba-coba ngerayu suami saya ya, nanti saya keluarin kamu, makanya Pak, Bapak jangan bilang-bilang sama Ibu ya, nanti kalau saya dikeluarin bagaimana, saya mau tinggal di mana Pak?”
“Iya deh, saya juga tidak bakalan bilang sama Ibu. Pokoknya begini aja deh kalau ada Ibu kamu tidurnya di kamar kamu tapi kalau tidak ada Ibu kamu tidurnya di sini aja sama saya.”
“Iya deh Pak, tapi saya tidak kuat tidur di kamar ini soalnya AC dingin sih Pak.
“Nantikan ada saya, kalau sudah dipelukin juga nggak dingin lagi.”
Memang sih dari dulu juga aku sudah punya niat mau “gituin” dia kalau lagi tidak ada istriku daripada ngocok sendiri. Tapi aku masih ragu, jangan-jangan dia “ngaduin” macam-macam ke istriku, wah.. bisa gawat tuh. Tapi tidak tahunya malah kebalikannya. Dia mau dientotin sama aku. Kalau tahu dia mau dientotin sama aku, kenapa nggak dari dulu saja ya? Jadi tidak usah onani sendiri betul tidak teman-teman? Aku terus terang saja paling tidak suka sama cewek-cewek WTS. Bukan apa-apa, penyakitnya itu yang paling repot dan juga bayarannya yang mahal. Ya, paling tidak kalau kita mau ‘main’ sama yang bersih ceweknya, bayarannya minimal “gope” ke atas. Kalau yang bayarannya “gope” ke bawah itu mah tidak bisa dijamin kebersihannya. Malah pernah temanku ‘main’ dengan cewek yang harga bookingannya Rp.350.000. Katanya bersih, tapi tidak tahunya tetap saja kena penyakit. Akhirnya dia dirawat di RS, dan selesai juga perkawinannya dengan sang istri.
Dari pada buang-buang duit dan cari penyakit buat cuma “ngecret” doang mendingan ngocok sendiri. Memang sih waktu dulu aku masih kerja di PT. XXX (perusahaan migas ternama dari LN), gajiku sangat berlimpah. Dari situ, aku cuma kasih ke istriku setengahnya dan sisanya kusimpan sendiri. Dia memang tidak tahu kalau gajiku dua kali lipatnya, belum tunjangan-tunjangan lainnya seperti uang makan, uang transport, uang perbaikan mobil, uang meeting dan lain-lain. Pokoknya yang dia tahu gajiku cuma segitu, sudah mencakup segala-galanya. Itu saja dia juga masih bisa menyimpan setengahnya dari gaji yang kuberikan setiap bulannya, karena orangnya yang memang hemat.
Wah kalau dipikir-pikir waktu dulu aku benar-benar “happy” banget deh. Dengan gaji yang besar itu, aku bisa investasi sana-sini. Bisa jalan-jalan luar negeri bersama istriku. Aku juga bisa menekuni olahraga mahal yang sedang trend saat ini, bodybuilding. Namun yang lebih enaknya lagi, hampir tiap minggu aku bisa “main” dengan cewek-cewek bertarif high class, atau ikut pesta seks dengan wanita-wanita kesepian di villa-villa mewah yang kusewa di kawasan wisata berudara sejuk. Kalau dihitung-hitung sudah berapa puluh juta uang yang dibuang percuma untuk “ngecret” doang. Untungnya aku segera insaf, sehingga uang tabunganku masih lumayan banyak jumlahnya untuk ukuran zaman sekarang.
Sambil terus melamun batang kemaluanku terus dihisap serta dijilati oleh Tia pembantuku. Tiba-tiba dia berkata, “Kok, ngelamun Pak, pasti keenakan ya..”
“Iya, habis kamu tidak dari dulu sih bilang kalau kamu juga suka ngeseks..”
Emang hebat ini pembantu. Sepongannya benar-benar maknyosss……
“Iya Pak, saya juga nyesel tidak dari dulu bilang ke Bapak, habis saya takut sih..”
“Takut kenapa?”
“Takut bapak nggak mau sama saya… padahal saya suka banget sama bapak… cakep, tinggi, tegap, kekar… ohh… saya suka lelaki-lelaki gagah kayak bapak…” kata Tia sambil menatap bernafsu ke arah dadaku yang bidang dan perutku yang sixpack ini. Aku hanya tersenyum-senyum saja mendengarnya. Bukan hanya dia yang berkata begitu. Semua wanita yang pernah kutiduri, memang rata-rata memuji begitu.
“Eh, Tia ngomong-ngomong waktu dulu, kalau kamu lagi kepingin bagaimana..?” aku alihkan pembicaraan kami…
“Ya.. saya main sendiri Pak, kadang-kadang kalau saya ke pasar saya beli ketimun Pak buat main sendiri..”
“Wah.. berarti ketimun yang kamu sering masak bekas kamu pakai ya..?”
“Tidak Pak, kan saya beli ketimunnya banyak Pak, lagian kalau habis dipakai untuk itu biasanya ketimunnya bonyok Pak..”
“Tapi pernah kan kamu kasih saya timun yang hancur? waktu itu kamu bilang timunnya hancur gara-gara tas plastik bawaan kamu putus hayyoo..”
“Iya deh Pak, saya minta maaf lagi, soalnya waktu itu saya kepengen berat Pak, jadi saya pakai dulu ketimunnya, sehabis saya main saya pergi lagi ke pasar untuk beli ketimun eh.. sudah kehabisan Pak, jadi saya pakai saja yang itu, soalnya Bapak kalau makan kan musti ada lalapannya. Tapi tidak usah kawatir Pak, timunnya sudah saya cuci bersih kok Pak..”
“Tapi rasanya lain ya Tiaa, saya juga sudah curiga..”
“Lain bagaimana Pak?”
“Ya, rasanya lebih enak dan gurih, pasti karena sudah kecampur dengan lendir kamu..”
“Ah.. masa Pak, kalau begitu lain kali sebelum di makan sama bapak, saya pakai dulu ya Pak, soalnya sayang kan dari pada dibuang…”
“Ya lain kali ngapain kamu pakai ketimun lagi? kan kamu bisa bilang ke saya nanti saya kasih ‘ketimun’ saya yang lebih enak dan empuk.”
“Ya Pak, kok Bapak punya gede banget sih Pak, kayak ketimun saja? Punyanya bekas suami saya saja tidak segini besar Pak… Wah.. Pasti enak banget ya Pak kalau dimasukin ke memek saya? Pak tangan Bapak jangan diam saja dong Pak, mainin memek saya dong? soalnya memek saya juga sudah gatal Pak dari tadi…”
“Lah.. tadi saya mau garukin katanya kamu bisa garuk sendiri…?”
“Ya kan tangan saya sudah sibuk garukin punya Bapak, jadi saya tidak sempat Pak…”
“Ya sudah kamu naik dong ke ranjang saya… dan pakaian kamu juga dicopot semuanya… saya saja sudah telanjang kok kamu masih pakai baju?”
“Iya Pak..”
Dia segera melucuti pakaiannya dan segera naik ke atas ranjang.
“Tia, kalau begitu kita main 69 aja ya, supaya bisa sama-sama saling jilatin..”
Tak lama kita sudah sibuk saling mengulum kemaluan masing-masing. Tidak sampai sepuluh menit kukulum memeknya, dia tampak kewalahan…
“Aaahh.. Enak banget Pak.. terus Pak.. achh.. ohh.. ahh.. Pak kita masukin aja yuk Pak? Saya sudah tidak tahan nih.. Kayaknya saya sudah mau keluar.. Aaahh.. haayyoo Pakk masukin ajaa.. Saya sudah tidak tahan niihh..”
Tapi aku masih terus tahan tidak mau langsung dimasukin dulu. Aku mau bikin dia gila dan ketagihan. Seperti yang biasa aku lakukan kepada para TTMku yang lain, termasuk istriku sendiri. Supaya kami sama-sama puas dengan seks yang kami lakukan. Wajarlah kalau dipikir-pikir. Bagiku, kenikmatan dan kepuasan seks pasangan, adalah bagian dari gengsiku. Semakin puas dan nikmat mereka, semakin melambung harga gengsi diriku. Bagaimana dengan anda sendiri para pembaca?
Aku masih terus menjilati serta mengisap klitorisnya. Sementara tanganku sibuk menusuk-nusuk lubang memeknya, bergantian dengan jilatan lidah dan jepitan bibirku. Keduanya sukses membuat dia mengerang-erang macam orang kesurupan.
“Aaahh.. haayoo Pakk masukin ajaa.. saya sudahh nggak tahaan niihh.. Aaahh.. haayyoo Pakk masukin ajaa..”
Aku kabulkan permintaannya. Tanpa disuruh lagi, dia langsung membalikkan tubuhnya. Dia naik ke atas tubuhku yang padat atletis ini. Tepat di daerah selangkanganku, diraihnya batang kemaluanku yang sudah mengkilap bersih oleh kulumannya. Lalu dimasukannya batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya yang sudah basah akibat lendir kenikmatan.
“Aaahh.. haayoo Pakk masukin biar dalam Pak! Terus Paakk dorong Pak dari bawah… Batangan ini musti masuk semua ke dalam memek saya… Paakk jangaan disisain ya Pakk…?”
Sambil terus menggoyangkan pantatnya, dia berusaha memasukkan senti demi senti batang kemaluanku yang besar dan panjang ini. Aku tidak tinggal diam, aku juga berusaha mendorongnya kuat-kuat batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya. Pada akhirnya aku merasa, batangku sudah tidak bisa masuk lagi lebih dalam karena sudah mentok di mulut rahimnya. Batang kemaluanku panjangnya 20 cm dengan diameter 5 cm, sedangkan lubang kemaluannya mungkin kedalamannya cuma sekitar 16-17 cm, tentu saja tidak bisa masuk semuanya.
Oh ya, aku belum menceritakan mengapa batangku bisa panjang seperti itu. Ceritanya waktu aku kuliah di Bandung 12 tahun yang lalu, aku pernah datang ke salah satu dukun pengobatan. Nah di situ aku diberi ramuan obat dan batang kemaluanku dimasukkan ke dalam bambu yang sudah disiapkan. Ukuran dan besar bamboo itu bervariasi, mungkin sesuai dengan kemauan pasiennya. Setelah diurut kira-kira 1 jam, ketika aku bangun ternyata batang kemaluanku sudah membesar seperti itu. Sebelumnya ukuran panjangnya hanya 16 cm dengan lebar 3,5 cm. Memang pada saat itu aku tidak sadarkan diri, karena tidak tahan sakitnya diurut oleh sang dukun itu.
Aku tahu dukun ini, dari cerita teman wanita di tempat kostku. Dia juga yang mengantarku ke sana. Tadinya aku tidak percaya loh, apa benar Mak Erot itu ada? Bukannya hanya gosip saja? Kenyataannya sehabis itu, Sita teman kuliahku, jadi lengket sama aku. Ketagihan sama ukuran batang dan keperkasaanku yang anehnya ikut-ikutan meningkat di atas ranjang. Sebelumnya aku tidak pernah kuat bercinta lebih dari 20 menit. Dalam kondisi bugar sekalipun, tak pernah lebih dari 30 menit. Setelah diurut ini, jangankan 30 menit, 2 jam juga aku kuat bercinta. Membuat banyak teman kencanku kewalahan. Makanya sebelum menikah dengan istriku, aku sudah kenyang dengan yang namanya threesome dengan para TTMku.
Dari dukun itu juga aku tahu, cuma aku yang berani mengambil bambu sebesar itu. Sebelumnya waktu sang dukun ‘mengoperasi’ teman-teman kostku yang lain, mereka hanya mengambil bambu yang lebih kecil dari yang kupilih. Maaf ini bukan promosi tapi sekedar informasi saja.
“Pak.. sekarang gantian dong saya yang di bawah, Bapak yang di atas supaya lebih bervariasi gitu..” pintanya setelah asyik naik-turun di atas selangkanganku selama 15 menitan.
Dengan batang kemaluanku masih menancap pada lubang kemaluannya, aku merubah posisi. Tadinya aku di bawah sekarang aku di atas. Dalam posisi ini, aku lebih leluasa memandangi tubuhnya yang mulus dan berkeringat. Sungguh pemandangan yang menggetarkan hati, yang baru pertama kali aku melihatnya. Tubuh gadis ini begitu indah tanpa dibungkus sehelai benang pun. Memang payudaranya tidak sebesar milik istriku, tapi aku justru lebih bergairah melihat payudara yang baru tumbuh dengan puting susunya yang masih kemerah-merahan.
“Ayo dong Pak.. dorong yang kencang… Jangan ngelamun terus… Aaayoo aahh saayaa sudah nggaak tahaan niihh aahh.. sshh.. aahh sayaa sudah mau keluar nihh.. ini Pak… Susu saya juga diisepin dong Pak…”
Lagi-lagi gadis ini berceloteh yang membuatku tambah geram saja mendengarnya.
Memang dari tadi aku lebih banyak pasifnya, sehingga dia lebih banyak protesnya. Aku pun langsung menghisap-hisap puting susunya yang sebelah kanan dan yang selelah kiri kumain-mainkan dengan tanganku. Sementara untuk yang bagian bawah, bagian yang paling legit dan menjepit, itu sih urusannya batang kemaluanku… (Siap bos… ane lagi asyik nih diurut-urut sama lubang memeknya pembantu si bos-mungkin begitu kali yee kata-kata batang kemaluanku kalau dia bisa bicara)
Pompaanku semakin kutingkatkan. Semakin lama semakin cepat dan bertenaga. Tia tampak mengerang-erang keenakan…
“Ssshh.. aahh.. enak ya Tia, lubang kamu masih sempit walaupun sudah banyak lendirnya..”
“Iyaa.. terruuss Paakk dorong lagi yang kencang, aahh.. sshh.. sayaa sudah enggak taahan nih..”
Tiba-tiba aku mencabut batang kemaluanku dari lubang kemaluannya…
“Kenapa dicabut Pak? Hayo masukin lagi Paak.. cepat Paakk!”
“Tunggu Tia, saya mau pakai kondom dulu, soalnya saya takut nanti kamu hamil..”
“Iya Pak, ceepett Pak pakainya, saya sudah tidak tahan nih mau keluarr..”
Sungguh benar-benar ceriwis pembantu cantik ini, makanya segera kuciumi bibirnya yang indah. Tidak tahan dengan omongannya yang mengundang birahi ini. Sesudah memakai kondom maka aku pun memasukkan kembali batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya. Kembali kusodok memeknya hingga beberapa menit kemudian tiba-tiba…
“Acch.. acchhh… aaccchhhh”
Dia memelukku erat sekali sampai aku susah sekali bernafas. Sampai juga rupanya, dia di puncaknya yang pertama…
“Aaahh.. aahh.. saya sudah tidak tahan Pak, saya mau keluaarr aahh.. sshh.. wah eenaak sekali Pak, aachh.. aahh tapi Bapak belum keluar ya?”
“Iya saya juga sebentar lagi.. makanya saya pakai kondom supaya saya bisa keluarin di dalam. Tia sekarang kamu nungging ya? Saya mau masukin memekmu dari belakang..”
“Ah jangan Pak, nggak mau ah nanti pantat saya sakit…”
“Tidak, saya juga tidak mau masukin di pantatmu. Saya masukinnya di memek kamu tapi kamu nungging ya..”
“Begini Pak..”
“Iya..”
Ternyata dengan posisi nungging lubang kemaluannya semakin sempit, lebih terasa gesekannya. Membuat mataku bolak-balik saking nikmatnya. Aku sampai di puncak pendakianku, setelah sempat membuat Tia keluar 3 kali lagi. Masing-masing dalam 3 gaya bercinta yang berbeda; gaya anjing, gaya menyamping, dan sambil berdiri di samping ranjang dengan dia berbaring di atasnya, aku pompa memeknya dengan cepat dan bertenaga. Kedua kakinya yang indah, kusampirkan ke bahuku yang kokoh.
Setelah bercinta lebih dari sejam, aku mulai merasa akan mengakhiri permainan erotis ini. Begitu aku hampir keluar, segera kutarik kemaluanku dari jepitan memeknya. Kucabut kondomku dan kukocok-kocok batangku.
“Aahh.. aahhh… aaahhh…”
“Crrroootttt… Ccrrooottt… ccrrrooottttt…”
Cairanku menyembur deras ke atas perutnya yang kencang dan rata. Sebagian dari cairan-cairan kental itu membasahi payudaranya yang baru tumbuh. Sisanya bahkan membasahi wajahnya yang cantik dan dagunya yang indah.
“Terima kasih Tia kamu sudah membantu saya..” ujarku setelah kukosongkan seluruh isi batangku ke atas tubuh mulusnya.
“Terima kasih juga Pak, Bapak juga telah membantu saya, rupanya kita sama-sama kesepian ya Pak?” timpalnya sambil tersenyum nakal.
“Iya dan hobi kita juga sama ya Tia? suka mencari kenikmatan dengan berseks ria.”
“Iya Pak, saya juga capai sekali Pak…”
“Iya sudah kamu tidur di sini saja sekalian temani saya tidur.”
“Iya deh Pak, tapi dipelukin ya Pak? saya kedinginan nih..”
“Iya deh…”
Aku segera berbaring di sampingnya, lalu memeluknya. Tia balas memelukku erat. Sesaat kami saling bercumbu dengan mesra, sambil saling meraba-raba. Puas berciuman, aku berkata lagi kepadanya…
“Oh ya Tia, bagaimana kalau besok kita ke klinik?”
“Emangnya mau apa Pak? gatal saya sudah sembuh kok Pak…” ujarnya sambil mengelus-elus lenganku yang otot-ototnya bersembulan.
“Bukan maksud saya kamu pakai kontrasepsi aja, jadi saya tidak harus pakai kondom terus. Kan kamu juga tidak enak kalau dientotin saya, tapi ada plastiknya? nanti kalau ditanya sama dokternya bilang aja kamu istri saya dan kamu tidak mau hamil dulu karena kamu masih sekolah…”
“Iya deh Pak, kita atur aja Pak, supaya kita sama-sama bisa enak.” jawabnya sambil menyurukkan kepalanya ke bahuku yang bidang.
Sejak malam itu kalau istriku tidak ada di rumah, maka Tia yang selalu menemaniku tidur. Hal ini sudah berlangsung 3 bulan lebih. Selama itu, kami selalu mereguk kenikmatan bersama-sama. Kuakui Tia lebih binal dan ganas di ranjang ketimbang mantan-mantanku yang lain. Kemampuan oralnya dan jepitan memeknya, benar-benar membuatku mabuk kepayang. Bersamanya aku sering meraih kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Bahkan tidak dengan istriku sendiri, yang kuakui kehebatannya di atas ranjang. Apalagi Tia ini tipe wanita yang pintar belajar dan mau mempraktekkan gaya-gaya bercinta yang baru, yang kami saksikan dalam video porno sebelumnya. Membuatku selalu ketagihan bercinta dengannya.
Sayangnya Lebaran nanti dia mau pulang kampung untuk menengok orang tuanya, dan dia berjanji akan kembali ke Jakarta, tapi aku ragu apakah dia diperbolehkan kembali ke Jakarta oleh orang tuanya? Kita lihat saja nanti, yang pasti dalam beberapa minggu aku pasti kesepian lagi.
TAMAT

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar